GEMA SUPER BABEL
Gerakan Masyarakat
Suka Perpustakaan dan Membaca
Membangun
Generasi Berkarakter Minat Baca
Sebagai
Pencapaian Pembangunan Manusia seutuhnya
Belitung, 30
November 2017
Membaca itu setiap orang bisa membaca. Menulis (mengetik) setiap orang bisa menulis. Tapi
apakah membaca dan menulisnya itu berkualitas, bermanfaat atau asal membaca dan
asal menulis. Mari kita amati perilaku masyarakat dan bagaimana peran kita
semua dalam upaya meningkatkan minat baca masyarakat.
Minat Baca Masyarakat : anak,
remaja, umum.
Peran : Pustakawan, Perpustakaan dan
stake holder
Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) : UU no 43 tahun 2007 pasal 48
PEMBUDAYAAN KEGEMARAN MEMBACA
GPMB didirikan tanggal 25 Oktober 2001 di Bogor dengan
penggagas Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Daerah Provinsi, IKAPI dan
Masyarakat Perbukuan.
GPMB dimulai dari : KELUARGA, SATUAN PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
Keluarga : penyediaan fasilitasnya oleh pemerintah melalui buku murah dan
berkualitas
Satuan
Pendidikan : memanfaatkan perpustakaan
Masyarakat : melalui perpustakaan umum
Riset yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional pada tahun 2015 menunjukkan minat baca masyarakat masih 25,1% atau masih
rendah. Riset tersebut dilakukan pada 28 kota/kabupaten di 12 provinsi dengan 3.360 responden. Dalam
riset tersebut ada beberapa indikator utama yakni frekuensi membaca per minggu,
lama membaca per hari, jumlah halaman dibaca per minggu, dan alokasi dana untuk
belanja buku per tahun.
Berikut adalah tampilan hasil dari
riset yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional :
1. Dari sisi lama membaca, hasilnya:
·
63% membaca 0-2 jam per hari
·
31% membaca 2-4 jam
·
4% membaca 4-6 jam
·
2% membaca lebih dari 6 jam.
2. Selain itu dari sisi jumlah halaman dibaca:
·
62% membaca 0-100 halaman per minggu
·
32% membaca 101-500 halaman
·
5% membaca 501-1.500 halaman
·
1% membaca lebih dari 1.500 halaman.
3. Adapun, frekuensi membaca:
·
26% 0-2 kali per minggu
·
44% 2-4 kali per minggu
·
16% 4-6 kali per minggu
·
14% lebih dari 6 kali per minggu.
4. Sedangkan dari alokasi dana untuk belanja buku:
·
44% mengalokasikan dana 0 – Rp 100.000 per tahun,
·
29% mengalokasikan dana Rp 101.000 – Rp 200.000
·
17% mengalokasikan dana Rp 201.000 – Rp 500.000
·
10% yang mengalokasikan dana lebih dari Rp 500.000.
Dari data tersebut di atas barangkali kurang akurat
karena sebaran questioner yang hanya 12 Provinsi dari 34 provinsi yang ada di
Indonesia. Jumlah Responsen sejumlah 3.360 dari 250 juta penduduk Indonesia
maka secara teori riset tersebut masih
perlu di ulang, dengan cara mengambil sampling riset di tingkat provinsi yang
bisa mewakili ke heterogian Indonesia.
Namun demikian tentu ada alasan khusus kenapa survei
dilakukan di 12 wilayah provinsi dengan jumlah responden yang sangat
terbatas.
Dari sudut pandang Praktisi maka kami sampaikan bahwa
Gerakan Minat Baca bisa di telaah dengan melihat dari sudut pandang “Membaca
itu Apa dan Bagaimana”.
Bagaimana membaca ?
Membaca terbagi menjadi 4 kategori
1.
Membaca
tingkat dasar : membaca asal membaca, yang di baca apa saja yang
ditemuin
2.
Membaca tingkat inspeksionalisia : meluangkan waktu
untuk membaca, dengan bahan bacaan yang sederhana, ringan tanpa harus berfikir.
Buku fiksi, buku kesehatan, buku agama
3.
Membaca
Analitis : membaca secera menyeluruh dengan membutuhkan pemikiran yang sederhana. Membaca
pelajaran sekolah, buku pengetahuan
4.
Membaca Sintopikal / Kamparatif : membaca yang
disertai refrensi dan beberapa hal yang menyangkut rujukan
Masyarakat sekarang lebih sering membaca gadget dan umumnya
belum paham betul apakah yang di baca itu hoax atau ilmiah. Sumber yang
dipercaya atau asal copas yang sumbernya tidak jelas.
Bagaimana menulis ?.
Menulis jenisnya terdiri dari :
1.
Narasi : kisah yang berada pada dimensi
waktu
2.
Eksposisi : uraian yang disertai
analisis
3.
Deskripsi : penggambaran sesuatu melalui
survey/observasi sehingga pembaca mudah memahami
4.
Argumentasi : pendapat penulis yang bisa
mempengaruhi masyarakat
5.
Persuasi : tulisan yang sifatnya
himbauan
Sekarang kita bisa sambungkan antara minat membaca dengan minat menulis, menjadi
satu rangkaian, bagaimana minat baca yang bagus bisa menjadi penulis yang
produktif. Dengan mengembangkan minat baca secara otomatis bisa menjadi
penulis, dan ini lah bagian dari pengembangan literasi, pengembangan pengetahuan
dan keberlangsungan hidup manusia di dunia.
Bagaimana minat baca bisa di tingkatkan dengan
kualitas yang bisa dipertanggungjawabkan ?. Kita uraikan mulai dari tingkatan usia
yang akan membedakan cara pendekatan agar setiap manusia mau membaca.
1.
Usia anak : kebiasaan membaca mudah di
tiru oleh anak anak ketika anak melihat contoh dari orang tuanya, dari
kebiasaan di rumah dan dari kawan kawan di sekitarnya. Untuk mulai membaca
dibutuhkan sesuatu yang menarik bagi
anak, yaitu mendengarkan dongeng. Ketika
dongeng rutin di biasaan kepada anak, maka anak merekam imajinasi cerita dan
mengingatnya. Suatu ketika dia akan membaca buku cerita tentang apa yang pernah
di dengernya dari dongeng, dan akan di share ke teman sekitarnya. Setelah kebiasaan
membaca terbentuk. maka zat adictive akan meracuni hidupnya yang kelak akan
membawa kemanfaatannya maupun prestasi yang menyertainya.
2.
Jika usia remaja dipaksa membaca ,
karena sebelumnya tidak terbiasa membaca maka hal yang menyenangkan bagi remaja
adalah diajak melakukan kegiatan yang remaja suka, berdiskusi, memutar film,
mengembangkan hobi, bakat, pengembangan kepribadian, mengembangkan pengetahuan,
semua yang bertema remaja. Jika apa yang di sajikan dan menarik bagi remaja
maka otomatis remaja akan datang, mengikuti program, dan pada akhirnya mencari
referensinya.
3.
Usia berkisar antara 30 dan 40 tahun, yang
tidak terbiasa membaca akan lebih sulit untuk mengajak membaca. Maka menarik
tentu yang membuat orang merasa senang. Ajakan berkegiatan sesuai dengan
kebutuhan kelompok usia ini, terkait
dengan ketrampilan, keagamaan, kesehatan, urusan rumah tangga, mengatur
keuangan, pengasuhan anak, kewirausahaan, dsb nya. Dengan membentuk kelompok
maka kegiatan bisa dibuat menyenangkan sekaligus ada hasil yang bisa dirasakan
dengan merujuk pada referensi yang harus di baca jika kegiatan dikembangkan
secara bersama atau secara individu.
Kesimpulan bahwa mengajak membaca di mulai dengan
mengajak activasi yang menarik bagi user, atau masyarakat secara luas. Activasi
jika di lakukan secara terus menerus maka perpustakaan akan selalu ramai,
secara tidak langsung minat baca meningkat karena rujukan atau refrensi dari
aktivasi tsb, karena selalu berujung pada buku yang membuat penasaran untuk di
baca.
PERAN
PERPUSTAKAAN
Apakah Perpustakaan mampu meningkatkan
minat baca, atau apakah perpustakaan bisa mencetak penulis handal ? Jawabannya
adalah bagaimana perpustakaan
memiliki peran di masyarakat. Peran nya tergantung sejauh mana
perpustakaan di kelola, dikenal, dimanfaatkan dan secara terus menerus menjadi
landmard (baca : simbul intelektual) bagi masyarakat.
Pengelolaan Perpustakaan yang baik tentu
mengacu pada standarisasi
yang ada, atau bisa saja mengacu pada kebutuhan dasar manusia yang dilayaninya.
Kebutuhan dasar manusia akan kebutuhan informasi, pengetahuan dan
pengembangannya sehingga manusia bisa berkembang sesuai kodratnya sebagai
manusia yang berpengetahuan. Pengelolaan sesuai standarisasinya adalah
bagaimana lokasi, ruang, pengelolaan, koleksi, layanan, networking, aktivasi,
anggaran dan kerjasama. Sesuai kebutuhan dasar manusia akan informasi dan
pengetahuan maka perpustakaan mampu melayani dengan kelengkapan koleksi dan
kemudahan akses produk yang dihasilkan.
Masyarakat jika sangat mengenal perpustakaan bahkan
bergantung pada perpustakaan pada pemenuhan kebutuhan informasi dan
pengetahuannya maka perpustakaan tersebut sudah mampu menjadi institusi bagi
masyarakat , dimana perpustakaan tersebut berfungsi sebagai tempat belajar sepanjang hayat
bagi masyarakat sesuai UU no 43 2007 pasal 2.
Yang terpenting dari standarisasi
perpustakaan, adalah bagaimana Perpustakaan memiliki berbagai aktivitas yang membuat masyarakat
merasa terlayani dengan baik dan seluruh kebutuhannya terkait pengembangan
diri, informasi dan pengetahuan bisa terpenuhi. Aktivitas ini terus membawa
manfaat dan berkelanjutan sehingga masyarakat mampu berubah menjadi sejahtera,
cerdas, cendikia.
Sesungguhnya perpustakaan itu bermanfaat
jika masyarakatnya tidak
sekedar membaca tapi juga bisa berbuat (implementasikan) dari apa yang
sudah di bacanya. Dan apa yang dilakukannya mampu di tuliskan kembali dalam
berbagai bentuk dan jenis tulisan sehingga akan terus berkembang dan menjadi
sumber informasi atau pengetahuan bagi masyarakat. Sehingga membaca dan menulis
adalah rangkaian tak terpisahkan seperti keping mata uang yang akan memperkaya
manusia di bidang pengetahuan. Nantinya dengan berpengetahuan luas maka secara
otomatis masyarakat akan meningkat kesejahteraannya. Itulah peran perpustakaan
sebagai tempat gerakan pemasyarakatan minat baca.
PERAN
PUSTAKAWAN
Pustakawan yang
dikenal sebagai profesi pengelola perpustakaan secara umum dianggap sebagai “penjaga” perpustakaan,
penjaga buku. Pustakawan tidak sesederhana iu pengetahuan dan keilmuawannya.
Pustakawan harus mampu menjalani perannya mulai dari hal tenis melakukan
katalogisasi buku sampai pada bagaimana perpustakaan dikenal masyarakat secara
luas dengan berbagai strategi marketing yang tepat. Perpustakaan yang
dikembangkan secara baik membutuhkan dana yang cukup sehingga peran pustakawan
juga harus bisa memenuhi kebutuhan adan yang cukup besar. Pustakawan juga mampu
menjadi specialist
pustakawan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akademis sesuai fakultas
atau specialis keilmuawan dengan berbagai disiplin ilmu yang relewan. Pustakawan
mampu menjadi pendamping
masyarakat secara keseluruhan ketika aktivitas dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat penggunannya. Kegiatan yang dilakukan pustakawan tentu mencerminkan service excelent
(layanan prima) bagi masyarakat, sehingga pustakawan mampu bertindak tehnis dan
strategis. Pustakawan dibekali pendidikan formal yang memadai sesuai tuntutan
profesinya.
Gerakan
pemasyarakatan minat baca adalah gerakan yang tidak bisa hanya di lakukan di
dalam gedung perpustakaan saja, tidak sekedar dilakukan oleh pustakawan saja,
tapi GPMB dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, baik di gedung perpustakaan maupun diluar gedung,
dan lingkungan masyarakat. Berbagai kegiatan menarik bisa dilakukan dalam
rangka gerakan ini. Kegiatan kreatif akan menjadi menarik bagi masyarakat
sebagai entry point bagi masyarakat untuk membaca. Contoh gerakan pemasyarakat
minat baca diantaranya adalah : pelatihan soft skiill, pelatihan menulis,
speech kontest, diskusi, penyaluran hobi, berbagai training, penulisan, resensi
dan bedah buku, dan masih banyak lagi aktivasi yang bisa dilakukan.
PERAN STAKEHOLDER
Pemerintah
berkewajiban menyediakan fasilitas perpustakaan, ketersediaan fasilitas yang
ada bagi masyarakat kadang di rasa kurang memadai, atau bagi pihak stake holder
di rasa kurang memuaskan. Dengan demikian diperlukan kepedulian semua pihat
yang berkepentingan untuk bersinergy atau bekerjasama meningkatkan fasilitas
yang tersedia, untuk bisa memberikan layanan yang memuaskan masyarakat.
Apa
yang disebut CSR (Corporate Social Responsibility) adalah bentuk kepedulian
pihak swasta dalam membantu pemerintah meningkatkan fasilitas yang ada dan
mempercepat pencapaian tujuan. CSR yang berkesinambungan adalah peluang untuk
diperankan di dunia perpustakaan, mempercepat proses pencapaian masyarakat
meningkatkan kegemaran membaca. Kalau CSR dimanfaatkan secara berkesinambungan dengan
berbagai kegiatan yang terus berkembang liner dan integrasi maka GPMB bisa
dilakukan bersama sama. Potensi mengembangakan sumber daya yang ada bisa
menjadi bentuk fundrising
bagi pengelolaan perpustakaan secara maksimal dengan memerankan komunitas yang
ada. Jadi Kegemaran membaca itu tidak dalam kontek harfiah membaca teks book saja
tapi juga membaca peluang
yang ada untuk kesejahteraan bersama.namun peluang bisa dilaksanakan dengan
baik jika pengalaman dan pengetahuan memadai dan itu tidak ada alasan lain kecuali
harus membaca.
Stake
holder akan memberikan bantuan, dengan persyaratan tertentu , diantaranya
adalah konsep program yang jelas dan terukur, kejujuran dan personal garansi. CSR
ini harus di keluarkan karena sesuai UU no 40 tahun 2007 tentang Perseroan,
jika GPMB membutuhkan dana csr dan support lainnya dari stake holder, maka CSR
menjadi peluang. Tanpa CSR maka gerakan
kampanye dan berbagai aktivitas tidak bisa diselenggarakan secara terus
menerus. Maka peran
Pustakawan, perpustakaan dan stake holder sangat penting dalam Gerakan
pemasyarakat Minat Baca ini, tanpa ada kebersamaan tidak bisa berjalan sendiri
sendiri.
GPMB
: Gerakan Pemasyarakat Minat Baca
Apa itu GPMB ? Gerakan Pemasyarakat Minat baca
Visi-nya tercip-tanya masyarakat gemar membaca dan
belajar, ber-pengetahuan cerdas dan berbudaya, berdaya saing tinggi serta
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”.
Gerakan ini bisa di bentuk oleh pustakawan atau non
pustakawan, bisa melibatkan multi stake holder, yang jelas memahami visinya dan
berjalan bersama, bergerak bersama, memotivasi masyarakat dengan berbagai cara
agar masyarakat mau membaca. Tahapan membaca sudah dijelaskan di atas, dan
terus berkelanjutan sehingga habit membaca menjadi terus berkembang dan
meningkat, sehingga terciptalah masyarakat cerdas. Kecerdasan masyarakat akan
mampu mengubah hidup masyarakat itu sendiri.
Gerakan ini perlu dukungan semua pihak, khsususnya
pemerintah sehingga pemerintah mengeluarkan regulasi adanya gerakan ini. Hari
ini, telah di deklarasikan bersama terbentuknya GPMB tingkat Provinsi Bangka
Belitung, dan pada hari ini di Belitung di inisiasi oleh Dinas Perpustakaan dan
Kabupaten Belitung bersama Gubernur telah sepakat bahwa Gerakan Pemasyarakat
Minat Baca harus terus dilakukan. Pada hari ini turut hadir dari Yayasan
Pengembangan Perpustakaan Indonesia dalam acara talkshow bertemakan Membangun
Generasi Berkarakter Minat Baca adalah upaya yang dilakukan secara bersama,
bersinergi, berkolaborasi mewujudkan tekad yang sama, mencapai tujuan
masyarakat cerdas.
Semoga upaya ini akan berhasil dan menginspirasi
kabupaten lainnya dan sukses menjadikan masyarakat Belitung cerdas dan
sejahtera ----------------Salam Literasi !!!
KESIMPULAN
![]() |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar