seminar gerakan pemasyarakatan
minat baca jawa timur
bapersip
Jawa Timur, 30 Maret 2016
Apa itu revolusi mental ? bagi sebagian orang, revolusi mental diartikan
sebagai gerakan untuk memperbaiki mental secara revolusinir (cepat), total
diperbaiki, nah apakah
mental kita memang
harus diperbaiki ?. Revolusi Mental diartikan sebagai Gerakan Hidup Baru,
kemudian gerakan hidup baru seperti apa ? Praktek revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat
gotong royong."
Pengertian "Revolusi Mental” adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala."
Pengertian "Revolusi Mental” adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala."
Apakah bisa memperbaiki mental dengan membaca ? apakah
benar dengan membaca hidup seseorang bisa berubah ? Apakah membaca memang
memiliki manfaat besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara ?. Mari kita kaji
bersama, korelasi MEMBACA dengan REVOLUSI MENTAL, atau kita kaji bersama apakah
REVOLUSI MENTAL bisa dilakukan dengan MEMBACA
MEMBACA ?
Membaca
Ditinjau dari level
1.
Membaca Tingkat
dasar : membaca apa saja asal di baca, Contoh
baca koran (asal saja), sms, whatsapp, media sosial dan beberapa aplikasi lain.
Kalau asal baca maka hanya memahami saja, mengerti saja,dan jika itu di
informasikan kepada pihak lain maka informasinya akan biasa saja, kurang jelas
dan hanya sekedar informasi saja.
2.
Membaca Tingkat
inspeksionalisia : meluangkan waktu khusus untuk membaca, buku fiksi, non
fiksi, email terkait pekerjaan. Bahan bacaan sederhana,mudah dipahami, terkait
kebutuhan informasi yang sederhana. Tujuannya hanya mengetahui, memberi informasi kepada pihak
yang membutuhkan secara jelas, terstruktur dan mengandung makna yang bisa
ditindak lanjuti secara tehnis. Contoh membaca tingkat inspeksionalisis adalah
membaca koran rutin, membaca buku tentang masak, ketrampilan, keagamaan,
kesehatan, seni budaya, peta.
3.
Membaca Analitis :
membaca secara menyeluruh, biasanya dari bahan bacaan yang mengandung unsur
pengetahuan. Perlu dicerna lebih lanjut, dipikir lebih mendalam dan
dilaksanakan yang lebih dari sekedar instruksi atau disertai pemikiran pemikiran
yang lebih strategis. Contoh membaca Analitis adalah membaca buku pelajaran
sekolah, perkuliahan, pesantren. Ketika selesai membaca perlu ada kajian lebih
mendalam baik dengan cara diskusi, bertugar pikiran maupun seminar.
4.
Membaca Sintopikal
/ Kamparatif : membaca keseluruhan dengan mencari referensi yang terkait dan
menganalisi dari apa yang di baca, terkait dengan pengembangan pengetahuan.
Diawali dengan analisis, diperdalam dengan sumber lain sebagai bahan rujukan,
dikaji dan uji tingkat kebenaran dan kefalitannya, kemudian diinformasikan
dalam bentuk ilmu pengetahuan yang sifatnya pengembangan maupun hal baru.
Contoh membaca Sintopikal adalah Jurnal ilmiah atau buku refrensi untuk bahan
skripsi, tesis, desertasi, penelitian, karya ilmiah.
Rata rata penduduk Indonesia yang jumlahnya 200 juta
lebih, dari jumlah tersebut 70% MEMBACA
masih dalam tingkat level pertama. 15% membaca level II (Pelajar, karyawan dan
sebagian guru), 10% membaca pada tingkat
level III (Profesi, Dosen dan sebagian guru) dan 5% level IV (profesor). Jelas
bahwa sekalipun sama sama MEMBACA, tapi jika pada level yang berbeda maka akan
sangat mempengaruhi pola pikir dan efek atau dampak yang berbeda pula.
Membaca
terbagi menjadi 3 kategori :
1.
Membaca
menyenangkan (Fun reading) : membaca hanya sifatnya menghibur diri, bacaan
singkat ringan, dan sekilas saja. Baca media sosial, wa, sms, running tek,
humor, iklan, bilboard, dan sejenisnya. Secara umum masyarakat membaca ini
secara rutin dalam waktu yang tidak menentu, bisa kapan saja, dimana saja. Dikaitkan dengan level membaca maka kategori
funreading ini pada level membaca tingkat pertama atau dasar.
2.
Membaca informasi
(Information Reading) : meluangkan waktu khusus dan secara rutin membaca dengan
buku, baca koran rutin, baca buku pelajar yang sifatnya informasi untuk
kebutuhan, tahapan ini sudah memasuki habit reading (kebiasaan). Dikategori
membaca informasi ini masuk pada level inspeksionalisis
3.
Membaca Pengetahuan
(Knowledge reading) : tahap kecanduan yang memang sudah menjadi penunjang
profesi. Kategori ini masuk dalam level analitik dan sintopikal.
Dari kategori tersebut maka kategori membaca informasi dan pengetahuanlah yang bisa mempengaruhi seseorang dan orang
lain pada kehidupan dan perilaku di masyarakat.
Kecerdasan Membaca :
membaca buku atau
membaca non teks (non buku)
adalah kemampuan seseorang
memaknai apa yang terlihat, karena sesungguhnya apa yang dilihat dan apa
yang dipikirkan adalah sama dengan apa yg di bacanya. Ketika masyarakat berinteraksi dengan apapun maka sesungguhnya
pikiran kita akan bereaksi, sehingga pengertian membaca juga sama artinya dengan apa yang kita pikirkan.
Maka dalam masyarakat ada istilah
berfikirlah sebelum bertindak, berfikir bisa dipahami sebagai bagian dari
tindakan membaca, karena pengertian MEMBACA adalah perilaku mengamankan
informasi dan pengetahuan.
Kemampuan
membaca dengan teliti adalah bakat yang sangat luar biasa dan bagian penting
untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan untuk korespondensi hardware untuk
kehidupan setiap orang (10 pengertian membaca oleh para ahli).
Membaca
ialah untuk melihat dan memahami substansinya, dapat mengekspresikan atau
internal saja (Kamus bahasa indonesia).
Komponen membaca terdiri
dari 3 hal yaitu : intelektual,
emosional dan dialek (Mr Kolker 3, ahli bahasa dari Jerman).
Jadi jelaslah bahwa MEMBACA
itu akan mengubah perilaku kehidupan seseorang, karena membaca hakekatnya bukan
karena unsur huruf, kata, dan kalimat yang dibunyikan, tapi ada 3 komponen
(intelektual, emosional dan dialek) yang
menyertainya, ada kemampuan memahami,
ada ekpresi, ada interaksi, ada aksi. MEMBACA bagi jiwa adalah kebutuhan, MEMBACA bagi raga adalah pembentukan karakter, MEMBACA bagi
lingkungan adalah membawa perubahan,
MEMBACA bagi bangsa dan negara adalah menguatkan.
Membaca bisa di ukur dengan
cara bagaimana seseorang berperilaku,
karena membaca itu makna harfiahnya adalah memahami, memahami itu bisa dengan
berbagai cara, dan memahami makna bisa dilatih terus menerus. Apembahasan sebelumnya
dikatakan sebagai level atau tingkatan membaca. Ukuran keberhasilannya jika
kemampuan membaca dengan cepat, tanggap, informatif, dan aplikatif. Karena ada
banyak hal yang bisa di baca, diantaranya adalah :
1.
Implisit
|
: membaca suatu kondisi yang
tidak tersurat, membaca situasi, membaca peluang, membaca kondisi, membaca
isyarat, membaca alam, dsbnya.
|
2.
Ekplisit
|
: membaca yang sudah jelas tertulis, mudah dipahami atau
tidak mudah dipahami bergantung pada daya tangkap, kebiasaan, level membaca,
bahasa dan tulisan yang dikenali.
|
3.
Tangible
|
: membaca yang dampaknya bisa diukur, dengan membaca, sesorang
kemudian paham, dilaksanakan dan ada manfaatnya bagi dirinya dan orang lain.
|
4.
Intangible
|
: membaca yang tidak terukur dampaknya, membaca,
memahami, menganalisis, mencari sumber referansi, mengkaji ulang, menuliskan
kembali atas dasar pengembangan atau temuan. Dibaca oleh yang berkentingan
dimanfaatkan atau tidak, tidak ada konfirmasi dan tidak jelas keterukurannya.
|
Mindset
(Pola fikir) tentang MEMBACA :
Pola pikir seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan,
wilayah tempat tinggal, tingkat pendidikan dan pengalaman hidup.
·
Jika mind set nya
kebendaan, material dan matematis maka segalanya bisa di capai dengan “uang” atau
ukuran angka, tidak akan pernah menyadari bahwa membaca baginya “sebenarnya”
sudah dilalui, karena kelompok ini berfikir bahwa membaca itu fisikly membaca
teks (tulisan). Kelompok ini akan berfikir duniawi dengan pengumpulan harta
kekayaan yang membuatnya bahagia di dunia dan bisa mendapatkan banyak hal yang
menjadi harapannya.
·
Jika mind setnya
berpola religius maka baginya “membaca” adalah perintah suci yang akan
dipatuhi, yang di bacanya cenderung kitab suci dan hal terkait yang tujuannya
adalah hakekat ketaqwaan kepada Tuhan. Disampaikanlah ayat ayat yang di bacanya
sebagai bentuk implementasiatas apa yang telah di bacanya.
·
Jika mind setnya
dunia akherat maka “membaca” baginya adalah teks dan non teks, dan menyakini
“membaca” adalah perintah yang akan di
implementasikan dalam bentuk karya dan kemanfaatan yang akan terus
dikembangkan sehingga tercapai kesuksesan dunia akherat.
Kerangka
berfikir (Frame) MEMBACA
Pandangan orang awam
Manfaat Membaca à
tahu banyak hal
Dampak negatif Membaca à
membuang waktu
Survey Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa anak
memiliki waktu 300 menit (5 jam) untuk menonton TV, Visual lebih mudah,
dipahami, mudah ditangkap maknanya dan menyenangkan, tapi visual mematikan daya
imajinasi dan kreasi. Maka harus dipulihkan dengan membaca teks. Membaca teks akan memaksa otak menangkap makna dan bekerja aktif
merangsang daya kritis, imajinatif, dan kreatif.
Pembiasaan membaca teks (buku) akan merangsang otak terus berkembang, otomatis
akan berdampak pada kecerdasan dan
intelektualitas yang bagus, membaca juga mampu membentuk karakter
seseorang. Tergantung dari buku apa yang di baca, kehalusan budi pekerti akan
dipengaruhi buku bacaan tentang seni, budaya, sastra. Buku tehnologi akan
mempengaruhi kreatifitas, buku ketrampilan akan berpengaruh pada soft skill,
buku fiksi akan mempengaruhi daya
imajinasi dan memperkaya kosa kata, buku kesehatan, akan mempengaruhi pola
hidup sehat, makanan sehat dan masih banyak lagi pengaruh lainnya.
KESIMPULAN
Kalau yang dimaksud
revolusi mental adalah mengubah hidup dengan bekerja keras, maka membaca
yang dilakukan pada level tertentu (analitis, sintopikal) jelas akan sangat
berpengaruh, karena membaca pada level ini adalah kebutuhan hidup yang menopang
profesi seseorang. Orang pada level membaca tingkat analitis sintopikal akan
terus memuaskan hidupnya dengan membaca karena akan mempengaruhi tingkat
kehidupan dan kemanfaatan hidup. Sehingga revolusi mental bagi orang level ini
sudah melekat tanpa harus di revolusi lagi.
Kalau revolusi mental pada integritas (konsistensi pada
nilai nilai luhur, jujur dan berkarakter) maka membaca yang dilakukan terus
menerus dan menjadi habit, itu secara otomatis rangsangan otak dan pembentukan
karakter terpola dengan buku, informasi dan pengetahuan yang dibacanya. Sehingga
perlu ditinjau ulang apakah tema buku yang menjadi habit bagi seseorang
tersebut mengandung unsur ke integrasian, jika memang belum emmbentuk
integritas maka perlu mencari referensi yang terkorelasi dengan intigritas. Buku
keagamaan, buku cerita kepahlawanan, biografi, otobiografi, buku psikologi
dsbnya.
Revolusi Mental yang mengarah pada kerja keras, adalah
bagaimana buku yang bisa menginspirasi sesorang menjadi seperti yang ditokohkan,
jenis buku yang bisa mempengaruhi adalah biografi, kewirausahaan, cerita
sukses, dsbnya.
Jelas bahwa Revolusi mental bisa dipengaruhi oleh
membaca, dengan level tertentu yang sudah menjadi habit atau kebiasaan (istikomah)
yang memang sudah dilakukan dalam jangka waktu yang lama (bertahun tahun atau
berpuluh puluh tahun). Tidak bisa dengan cara instan yaitu begitu ada kebijakan
terkait revolusi mental maka dengan serta merta masyarakat di wajibkan membaca,
tapi membaca diwajibkan untuk secara terus menerus dalam waktu yang tidak
terbatas, sehingga nantinya akan terbentuk masyarakat cerdas, berkualitas yang
akan menguatkan Indonesia menjadi luar biasa.
KEYAKINAN
BACALAH
‘Iqra’ (bacalah) denqan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah. Iqra’ (bacalah), dan Tuhanmu lah yang Paling Pemurah, sang Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia Mengajarkan kepada manusia apa sang tidak diketahuinya. (Q. Al ‘Alaq: 1-5)
Pemaknaan singkat tentang BACALAH
1.
Bismillah, sebelum melakukan apapun
2.
Penciptaan manusia yang sempurna
3.
Tuhan Memberikan segalanya (Pemurah)
4.
Membaca dengan kalam (makna dari kitab suci dan sifat atau
ungkapan dari lafal)
5.
Mengajarkan apa yang belum diketahui
BACALAH adalah perintah
tegas, dari ayat pertama, jadi sudah jelas bahwa hukumnya wajib, berani
melanggar berarti berani menanggung resiko.
Referensi :