Jambore Taman Bacaan Masyarakat, 23 Februari 2014 - Rumah Dunia Serang Banten
Masyarakat memiliki
keragaman budaya, budaya itu berasal dari kata buddhi yang berarti akal, budaya masyarakat yang ada, dibentuk
karena kebiasaan (kecerdasan/akal) dan fasilitas alam yang tersedia sebagai
sumber kehidupan. Budaya masyarakat merupakan beradapan turun temurun yang
tidak lepas dari ilmu pengetahuan. Budaya
itu adalah sebuah proses berfikir, yang dipengaruhi oleh agama(keyakinan hati), politik (aturan), bahasa (komunikasi), pakaian
(perlindungan diri), bangunan (karya), seni (rasa). Budaya itu juga
merupakan hasil karya, cipta dan rasa yang dimiliki manusia.
Literasi
adalah keberaksaraan, yaitu kemampuan menulis dan membaca, budaya
literasi dimaksudkan untuk melakukan kebiasaan berfikir yang diikuti oleh
sebuah proses membaca, menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam
sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan karya. Membudayakan atau
membiasakan untuk membaca, menulis itu perlu proses jika memang dalam suatu
kelompok masyarakat kebiasaan tersebut memang belum ada atau belum terbentuk.
Ada banyak
cara untuk membentuk budaya literasi diantaranya (dekat, mudah, murah, senang,
lanjut) :
1. Pendekatan akses fasilitas baca (buku
dan non buku)
2. Kemudahan akses mendapatkan bahan
bacaan
3. Murah / Tanpa biaya (gratis)
4. Menyenangkan dengan segala keramahan
5. Keberlanjutan / Continue / istiqomah
Namun
sebenarnya upaya itu tidak cukup hanya dengan lima langkah, karena ada
penjabaran yang lebih detail. Tidak sekedar ketersediaan fasilitas saja tapi
ada cara bagaimana menjalin hubungan antar manusia sehingga hubungan tersebut
akan mpengaruhi bagaimana suatu kelompok masyarakat bisa menerima dengan baik
apa yang akan menjadi tujuan kita melakukan gerakan literasi.
Hubungan antar
manusia itu bisa terjalin baik apabila ada komunikasi, komuikasi dan cara
pendekatan yang baik akan bisa menjadi syarat bisa diterimanya fasilitas yang sengaja disediakan buat masyarakat tersebut.
Perlu belajar sejarah untuk memasukkan sebuah “budaya baru” kepada
kelompok masyarakat. Dalam sejarah yang bisa kita pelajari adalah masuknya
Islam di Indonesia, bagaimana seorang Wali mengajarkan Islam melalui budaya
masyarakat. Contoh gamelan sebagai alat musik digunakan untuk syiar Islam,
memasukkan ajaran ajaran Islam melalui penciptaan lagu, seperti lagu Lir liri.
Penggunaan bedug adalah alat yang digunakan sebagai penanda waktu sholad.
Selamatan itu merupakan cara untuk mengajarkan masyarakat memberikan sodakhoh dalam
bentuk makanan tapi dikemasnya dengan menggunakan budaya atau kebiasaan
masyarakat yang selama ini biasa dilakukan oleh komunitas Hindu.
Trik trik yang
perlu dilakukan dalam pengembangan budaya
literasi melalui pendekatan kultural bagi seorang pustakawan yang merupakan
garis depan dalam perjuangan pencerdasan masyarakat maka ada beberapa hal yang
perlu diingat diantaranya adalah :
1. Kenali
budaya/ kebiasaan masyarakat lokal
(tradisi/kebiasaan)
2. Kenali
tokoh masyarakat (memiliki pengaruh/kepala
suku/pemuka agama/kepala desa)
3. Kenali
fasilitas yang ada di masyarakat,
(fasilitas umum)
4. Kenali
alam dan kondisi lingkungan (alam,
geografis, lingkungan, potensi)
5. Kenali
kearifan lokal : (petuah, aturan)
Lakukan
pendekatan secara bertahap dengan berbagai cara diantaranya :
1. Sosialiasi : penyampaian niatan dan
kegiatan yang akan disediakan buat masyarakat, cara cara akses buku, aturan dan
kebijakan yang akan menyertai, dan semua apa yang bisa dimanfaatkan masyarakat.
2. Partisipasi : keterlibatan masyarakat
secara aktif di setiap kegiatan, termasuk kemungkinan menjadi donatur bagi
keberlangsungan Taman Belajar Masyarakat (TBM).
3. Silaturahmi : menjalin keakraban antar
masyarakat dan tokoh masyarakat, tidak saja untuk sosialisasi tapi untuk
kepeluan lainnya, memahami karakter masyarakat, mendapatkan dana, dan
mendapatkan dukungan, banyak yang bisa dilakukan saat silaturahmi.
Buatlah
kerangka acuan dengan disertai target dan rencana program, dengan menyertakan
masyarakat untuk membuatnya apa yang akan di capai dengan fasilitas yang
tersedia, untuk membudayakan baca dan tulis. Apa yang sudah dilakukan akan
perlu di tinjau ulang untuk melihat tingkat keberhasilannya, dengan tujuan
mengatur strategi pendekatan di kemudian hari untuk mencapai tujuan.
Ingat jangan
paksa masyarakat membaca jika itu belum menjadi budaya. Masuklah mengikuti
budaya yang ada, perlahan tapi pasti “membiasakan membaca” akan mudah bagi
masyarakat jika kita sudah mengenal budayanya, kita sudah mengenal tokoh
masyarakat, kita sertakan partisipasi masyarakat. Perlu keahlian khusus bagi pustakawan jika memang tujuan
mencerdasakan masyarakat melalui TBM.
Masyarakat
adat yang memiliki kearifan lokal sangat kuat, jarang memasukkan budaya membaca
dalam lingkungan adatnya, yang ada adalah budaya lisan (tutur), contoh resep obat
tradisional di sampaikan secara lisan dan turun temurun, jarang ditemukan buku,
tapi dalam suatu temuan bahwa Negara Kertagama memiliki Kakawin (huruf Bali)
yang ditulis tahun 1365
oleh mpu Prapanca, dan ditemukan kembali pada tahun 1894 oleh J.L.A.
Brandes, konon naskahnya ada di Perpusnas setelah diserahkan oleh Ratu
Juliana sekitar tahun 1973, berisi sejarah kerajaan Majapahit. Masih banyak
lagi naskah kuno, dari lontar, kulit kayu dan mungkin dinding batu. Dengan
tidak “merasa” perlu akan Kakawin tersebut maka kakawin tersebut berada di
Belanda, masih banyak sekali naskah Kuno milik Republik yang sebagaian berada
di Belanda. Sehingga mengajarkan baca tulis (literasi) dalam suatu komunitas
adat tentu dibutuhkan keahlian khusus, namun apa yang sudah dijelaskan diatas
adalah lendasan dasar. Jika sudah terbiasa membaca maka menulis juga akan
menjadi lebih mudah, begitu juga menulis akan menjadi mudah jika dibekali oleh
kebiasaan membaca. Membiasakan membaca perlu di gelakkan mulai dari dalam
kandungan sampai usia renta.
Contoh yang
sudah YPPI lakukan selama ini salah satunya di daerah Musi Banyuasin,
masyarakat transmigrasi yang tidak terbiasa membaca, aktivitasnya di perkebunan
karet dan sawit, maka pendekatan yang dilakukan adalah layanan ke kelompok pada
sore hari, mengajak anak anak bermain. Ketika layanan ke sekolah mobil
perpustakaan melakukan berbagai kegiatan, diantaranya memberikan fasilitas
majalah dinding supaya anak anak imajinasi dan karyanya bisa di pajang.
Akhirnya dengan seringnya Mobil Perpustakaan keliling datang terbentuklah
kebiasaan membaca pada masyarakat tersebut, bahkan ketika mobil berhalangan
hadir maka masyarakt menanyakannya melalui sms dan telp.
Di Kabupaten
Kepulauan Anambas dilakukan berbagai aktivitas seperti membaca Gurindam 12,
membuat pantun dan puisi, mengadakan bazar buku, memasak bersama di balai
pertemuan, cara sosialisasi dan mengenalkan buku dengan berbagai aktivitas.
Setelah melihat, memegang buku, baru kemudian masyarakat akhirnya terbiasa
membaca. Tidak ada yang sulit, jika kita mau berupaya, dan tidak ada yang tidak
bisa jika kita sudah mencobanya. Tatangan terberat saat ini adalah media visual
yang merampas hati sebagian besar masyarakat untuk menikmatinya, tapi buku
visual (e-book) menjadi lebih efisien dan semua itu tergantung pilihan
masyarakat. Kesimpulan à Membaca bagi sebagian masyarakat (komunitas) memiliki
berbagai kendala dan kendalanya ini yang perlu ditangani secara bersama, jika
tidak, maka kekuatan pribadi tidak akan
mampu menjebol tembok pertahanan arus informasi yang mengglobal. Pemerintah,
swasta, masyarakat, sekolah, aparat, dan kelompok jika bersama sama maka akan
menjadi kekuatan besar untuk sama sama menyadari pentingnya literasi bagi
kemajuan dan kecerdasan masyarakat menuju Indonesia cerdas seutuhnya.
“Salam
literasi”
Profile
Trini Haryanti
Bagian dari Yayasan Pengembangan
Perpustakaan Indonesia (YPPI), mencoba bergerak dan berkarya di bidang literasi
khusus mengembangkan perpustakaan (include TBM). Alasannya hanya karena ingin
hidupnya bermanfaat. Simple saja bahwa semua apa yang ingin di capai butuh
perjuangan dan keseriusan, jika anda ingin tahu lebih detail klik di www.pustakaindonesia.org
atau facebook Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia. Interasi langsung
bisa email di pustakaindonesia@gmail.com atau
datang langsung di Jl rungkut Asri Barat X/9 Surabaya 031 -8792119.
Perlu di baca
: