Naik tangga tentunya diawali dengan tangga pertama, setiap tangga yang dilalui adalah sebuah kehidupan yang penuh warna, sejauh mana tangga itu akan dilalui adalah bagaimana tujuan itu bisa diraih.
Klise sekali bahwa sukses adalah sebuah upaya kerja keras untuk mendapatkannya, cerita detail sisi lain kehidupan orang yang telah meraih sukses tidak sering diungkap. Selalu dilihat dari sisi "perjuangan" jarang disentuh sisi hati dan kehidupan keluarganya.
Simple is easy
Rabu, 03 Oktober 2012
Senin, 01 Oktober 2012
San Mateo itu mengingatan aku pada sosok Stave Job
Kota yang tenang dengan udara sejuk, mengesankan penduduknya
damai. Di saat jam sibuk, semua bekerja di dalam ruang kantor masing masing.
Suhu udara sekitar 12 derajat celcius dan terika matahari yang fulgar membuat
suasana nyaman. Dari bandara San Francisco ditempuh sekitar 45 menit itulah
kota San Mateo dengan beberapa fasilitas Hotel, aku diantar menuju Hotel tidak
lagi berdua bersama kang Herman tapi ada delegasi dari Cambodia, Laos, Myanmar
dan berkumpulah 13 orang dari 9 negara dalam satu hotel.
Dinner dimulai di hotel Holiday in yang menyediakan
fasilitas restoran, berada kurang lebih 100 meter dari tempat menginap, menu
makanan ala America tersaji di meja panjang di depan 16 orang. Sedikit canggung
para peserta berusaha menikmati makanan, soup nasi, burger, soup asparagus, dan
calamara menjadi pilihanku. Rasanya kurang nendang nich kalau hanya dengan cumi
goreng tanpa kentang atau nasi, aku pesan soup nasi berdua sama kang Herman
dalam satu mangkok. Setelah dinner, breafing dan semua peserta kembali ke Hotel,
istirahat setelah lebih dari 24 jam perjalanan dari Surabaya ke San Mateo.
Rasanya masih harus adaptasi tubuh dan ritme kehidupan baru,
tepat pukul 8 kami harus melanjutkan perjalanan ke Sato Jose di Perpustakaan
Martin Luther King, tokoh yang memperjuangkan persamaan hak tanpa membedakan
ras. Sepanjang perjalanan aku menikmati suasana yang menurut pemikiranku bahwa
Indonesia tetap surga, karena apa yang ada di depan mataku sepanjang perjalanan
semua juga ada di Indonesia. Bahkan di sini San Mateo aku tidak menemukan
hamparan sawah yang indah bagaikan permadani hijau. Itulah surga bagi
kehiduanku Indonesia, dan aku tidak akan meninggalkannya.
Yang mungkin belum ada di Indonesia adalah sosok Stave Job, yang aku kagumi, setelah aku
menikmati hasil karyanya dan di kota inilah katanya Stave Job bekerja, dan
menghabiskan kehidupan bersama karya karyanya. Ketika sore ada kesempatan aku
masuk ke apple store yang megah di mall San Mateo, terpajanglah apple dengan
segala jenis type dan macamnya, sayang sekali tidak ada satupun yang bisa aku
bawa pulang karena yang namanya iphone sudah tertanam nomor handphone lokal.
Demikian juga dengan ipadnya. Aku Cuma bisa menikmati, sambil berlalu masuklah
aku ke dalam rumah pizza, untuk mengisi perut yang sudah lapar. Ternyata
rasananya tidak jauh beda, paparoni pizza.
Semakin akrab bersama delegasi ketika breakfast dan saling
bertukar cendera mata dari daerah masing masing. Membanggakan karena tentunya
membawa nama bangsa. Bahasa Inggris yang saling belepotan tentu tidak menjadi
masalah asal bisa menangkap maksudnya. Ada yang tidak bisa sehingga lebih
banyak diam, tapi yang lancar dan fasih dia akan banyak bicara. Kehangatan
suasana dari hari kehari semakian akrab, aku menemukan sosok mom yang lucu,
setiapkali dia bicara orang tertawa, dia santai, cerdas, sederhana, jabatan sebagai kepala perpustakaan
Universitas ternama di negaranya dia sangat sederhana. Ada yang energik, dengan
gaya berbicara patah patah, ketika tahu memang dia memiliki karier yag bagus
dengan usianya yang relatif masih muda menjadi kepala perpustakaan di perguruan
tinggi di Cambodia. Masing masing punya cerita.
Dua malam tiga hari berada di San Mateo semua delegasi
dibawa ke San Fracisco, yang ternyata semua peserta memang baru pertama
kalinya. Dikira hotel para delegasi dengan enjoy mau istirahat karena masih
terasa capek dengan berbagai agenda yang diikuti selama 3 hari apalagi
perjalanan dari negara masing masing ke California tentunya butuh waktu panjang
bisa lebih dari 20 jam di dalam pesawat, kalau dihitung dengan transit di
beberapa kota atau negara maka bisa memakan waktu 30 jam.
Ternyata yang dikunjungi adalah kantor Asia Foundation,
disambut ramah dengan sambutan wakil direktur yang fasih berbahasa Indonesia,
menjadikan aku sedikit bangga karena bisa ngobrol banyak hal tentang Indonesia.
Mr Grain, tinggi besar dan kegantengannya masih nampak, kembali kami para
delegasi disugihi makan siang ala America, maka makanlah kami dengan lahap
karena lapar bukan karena jenis makanannya. Setelah jalan kaki cukup jauh
ketika dari kantor Asia Foundation ke Hotel maka, rasanya teman teman delegasi istirahat
demikian juga aku yg selalu menunggu hari esok, dengan semangat.
San Francisco, Mengesankan Dengan Golden Gate dan Al-Catrasnya
Keherananku disini bisa melihat banyak orang dengan berbagai
warna kulit, menjadikan kota ini multi cultur dari berbagai bangsa. Lalu lalang
manusia di saat sore pulang kerja dan beberapa orang yang berwisata kereta
terkenal di San Francisco. Para delegasi Pustakawan masuk hotel union square
letaknya sekitar 100 meter dari Taman Kota. Hotel yang berada diantara pusat
berbelanjaan dan memang kota ini adalah kota yang dimanjakan oleh kuliner,
fashion dan berbagai fasilitas yang berbeda dari kota megapolitan lainnya. Ada
kereta kayu yang beroperasi di kota, yang bisa bekerjasama dengan mobil karena
jalurnya bisa juga digunakan oleh mobil, ada bus dengan menggunakan listrik,
ada bus berbentuk kapal besar, menarik, dengan udara di bulan September yang
bersahabat, tidak terlalu dingin tapi juga tidak panas, sekalipun matahari
tajam menusuk jika siang.
Yang menjadi landmark dari kota ini adalah Golden Gate Brigde
beberapa kali aku melalui jalur ini karena menghubungkan San francisco dengan
San Mateo dan kota lainnya di California. Dan aku paling penasaran dengan Al
Catras, penjara yang terkenal kekejiannya ternyata berada dalam sebuah pulau
kecil ditengah laut. Terlihat jelas dari San Francisco. Melalui jalur laut
dengan menggunakan kapal yang melewati jalur Golden Gate dan San francisco gate
dengan tiket 26 dollar, aku kurang beruntung karena faktor cuaca. Aku lewati al
catras dan bisa melihat dari dekat, aku tidak melihat keangkeran dalam pulau
itu, mungkin di dalamnya yang serem karena penghuninya adalah orang orang
bermasalah, tapi itu dulu, sekarang bangunan tua yang dijadikan objek wisata,
sudah ada kapal yang merapat dan para pengumpangnya bisa turun dipandu oleh
guide memasuki area al catras.
Golden gate yang megah dengan warna merah aku sempet berada
di bawahnya, melihat tiang pancang penyangganya yang berdiri kokoh selama 75
tahun, apakah ini pertanda bahwa Indonesia juga tertinggal 75 tahun, aku teringat
Suromadu yang baru berusia satu tahun lebih atau mungkin sudah lewat 2 tahun,
yang dikagumi banyak warga Indonesia, atau jembatan yang berada di Tenggarong
yang roboh dalam usia yang belum 10 tahun, apakah wajah negeriku mencerminkan
tingkat korupsi yang tinggi ?.
Kalau dibandingkan San Francisco gate maka panjang Golden
Gate mungkin sama, atau selesih sedikit mana yang lebih panjang aku tidak
mencari tahu lebih jauh. Aku sempat melewati ke dua jembatan yang menghubungkan
satu pulau ke pulau keren, excotic dan romantis ketika awan tebal mampu
menyelimuti seluruh jembatan.
Wajah lain dari San Francisco adalah pantainya, suguhan
kepiting raksasa mewarnai sepanjang pantai, harganya sama rata rata 20 dollar
untuk satu kepiting besar, sayang kalau aku beli kepiting semahal itu, karena
masaknya Cuma direbus dengan bumbu yang hanya saos dan mayones. Beda rasa
dengan cita rasa Indonesia yang penuh rempah menggoda selera. Aku hanya
menikmati cumi goreng dengan kentang dan secangkir kopi panas. Setelah kenyang
aku kembali ke hotel. Hari ini adalah hari bebas dimana semua delegasi
diberikan kebebasan berwisata. Aku sendiri jalan sesuka hatiku, kang Herman
yang mengalami gangguan perut memutuskan untuk kembali ke hotel.
Sepulang dari hotel pukul 13 waktu setempat, dikamar aku
mulai membuka lap topku dan memulai bekerja, berkoordinasi dengan tim di
Surabaya, memang aku tidak bisa lepas begitu saja apa yang harus aku
pertanggung jawabkan.
Sampai larut malam, aku mengakhiri pekerjaanku, dan minta
ijin teman2 di Surabaya untuk istirahat. Perbedaan waktu 10 jam menjadikan hari
berbeda, manakala di San francisco minggu sore maka di Indonesia sudah memasuki
hari Senin pagi.
Dua malam di San Francisco kembali kami dibawa ke kota yang
berbeda, yaitu Sacramento, wah kota yang penuh kedamaian dan ketenangan seperti
di San Mateo, aku lebih menyukai kota yang seperti ini.
Ada yang terlewatkan satu cerita jamuan makan siang di hari
Sabtu, mengesankan karena berbagai makanan segar tersaji, ada udang segar,
berbagai salad, Sushi, buah dan sayur. Pada dasarnya semua delegasi yang
berasal dari asia menu utama makan adalah nasi, para delegasi ini cukup senang
ketika menu Sabtu ini menjadikan selera makan luar biasa. Keluarga ini bersama
staff dan keluarganya menjadikan keakraban diantara kami semua, hangat, rilex,
dan romantis. Rumahnya berlantai 3 karena struktur tanahnya yang bertingkat,
suasana ruang terbuka, tanpa penyekat, perabot rumah yang simple dengan
berbagai benda antik dari berbagai negara terlihat bahwa empunya rumah adalah
pernah mengunjungi berbagai negara, ya Ms Susanne adalah Direktur Utama Asia
Foundation yang pernah tinggal di Surabaya. Kehangatan bersamaku terjalin
ketika dia bilang meyukai rujak cingur. Selembar kain tradisional lombok dan
kalung etnik Yogja aku serahkan sebagai cinderamata.
Sebelum makan siang di rumah Susan kami dibawa kami oleh James
ke taman Golden Gate dan taman victoria, semua peserta berfoto dan berekreasi ,
menyenangkan hal itu terpancar dari muka muka peserta, kegembiraan dan keheranan
serasa mereka kembali seperti anak anak, berlairian, berfoto, ketwa dan ya
semua terlihat menyenangkan, aku sendiri belum mandi pagi itu, karena bangun
kesiangan. James yang baik, sabar, membawa semua peserta dan menjelaskan apa
saja yang kita lihat bersama, sempet menikmati sarapan nasi goreng dingin yang
aku beli di pinggir pantai di Kota San Francisco.
Yang terkesan diantara peserta ke aku adalah kelincahanku
memainkan camera, otomatis dan hasil jepretan yang memuaskan, akhirnya
dijadikanlah aku fotograper para peserta, semua minta tolong dan teriak teriak
memanggil namaku. Umumnya camera mereka type lama yang itu merupakan camera
YPPI yang sudah dianggap expired, sudah di serahkan ke kelompok masyarakat.
Camera yang aku bawa dikagumi para peserta karena dianggap canggih padahal itu
sudah aku beli 2 tahun lalu.
Mengesankan
2 hari 2 malam di San francisco, begitu melihat agenda akan kembali lagi 3 hari
berikutnya setelah dari Sacramento, maka belanja untuk oleh oleh ditangguhkan
dulu.
Langganan:
Postingan (Atom)